Sudah seminggu lebih suami pergi karena ada kerjaan di luar negeri. mau nggak mau, segala macem urusan dan seabreg kerjaan berkaitan dengan anak-anak dan rumah tangga, totally saya yang ngurus. dibilang repot, ya repot. tapi sebenarnya nggak repot-repot juga. asalkan dijalani dengan enjoy dan hati nyaman, in syaa' Allah rasanya lebih mudah. sambil terus berdoa supaya selalu dimudahkan oleh-Nya..
ada satu kerjaan yang belum pernah sekalipun saya ngerjain. masukin galon ke dispenser! tapi alhamdulillah bisa juga. sebenernya ada satu lagi, masang regulator LPG. ini sih masih ada, jadi baru masuk waiting list. moga-moga aja bisa dan lancar jaya. aamiin..
kalau dipikir-pikir, sebenarnya ibu-ibu itu multitaskingnya dah paket dari sono kayaknya, hehe.. pantes aja kalo ada yg bilang MOM itu singkatan dari Master of Multitasking. segala macem kerjaan bisa 'ditandangi'.
itu kalo dari sisi hal-hal teknis dan fungsional...
sedangkan dari sisi psikis, terus terang kehadiran laki-laki alias suami saya rasakan begitu penting dan terasa sekali ketika ia lama tak hadir seperti sekarang ini. seperti ada sesuatu yang hilang, bukan hanya secara fisik. tapi juga secara maknawi. ada gumpalan perasaan yang muncul dan gak bisa dihilangkan. terus menggumpal di setiap bangun tidur, beraktivitas, menjalani kerjaan-kerjaan rutin, hingga nanti tidur lagi, dan esoknya ketika bangun... masih saja menggumpal tak kunjung mencair. mungkin, saat suami datang nanti.. gumpalan perasaan itu akan melebur seketika dengan hadirnya ia.. (I guess..)
saya turut merasakan, menjadi single mom secara temporary saja selalu dihantui perasaan yang menginginkan hadirnya suami.. apalagi mereka yang single parent secara permanen.. yang saban harinya harus berjuang seorang diri mengurus anak-anak dan seluruh urusan yang ada. tanpa suami. setiap hari. selamanya.. (jika ia memutuskan tak menikah lagi)
atau, mereka para istri dan keluarga pejuang yang harus berpisah dalam jangka waktu yang lama dan tanpa kepastian kapan kembalinya. seperti keluarga para mujahidin Suriah yang harus merelakan istri dan anaknya di pengungsian, sedang mereka berjibaku di medan perang. bertaruh nyawa dan setiap hari bersitegang dengan peluru, bom, mortir, birmil dan MIG. mereka pun harus berpisah, dan tak bisa berjumpa hingga batas waktu yang tak pasti..
seperti kisah salah satu diantara mereka yang bernama Abu Utsman, sudah dua setengah tahun gak ketemu keluarganya. kalo pas kangen, beliau mencium popok kain milik anaknya yang selalu dibawa bersamanya. dalam kondisis seperti itu, beliau hanya bisa berharap, setidaknya bisa bertemu keluarganya sekali saja sebelum ditakdirkan menutup mata selamanya. sungguh mengharukan..
well.. *sigh* semoga Allah selalu menjaga dan melindungi para mujahidin dan keluarganya, serta menolong dan meneguhkan mereka. semoga pula, Allah senantiasa menjaga dan melindungi keluarga saya, khususnya suami dimanapun ia berada... *jagalah dia ya Allah..* serta memudahkan semua urusan dan selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami.. Aamiin..

Friday, January 31, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)