Seorang ibu tampak bergegas memasuki ruang pendaftaran di sebuah puskesmas. Beberapa orang terlihat duduk mengantri, menunggu namanya dipanggil ke ruang periksa.
Sang ibu itu pun berdiri di depan loket pendaftaran. Sekilas ia menatap nomer digital antrian yang terpampang, yang menunjukkan nomer terakhir yang dipanggil. No 126.
Dia pun hendak mengambil kertas nomer antrian yang tertera angka 127. Habis ini bisa langsung dipanggil, demikian mungkin pikirnya.
Namun, ia terhalang seorang ibu dan anaknya yang sedang berdiri di depannya yang melakukan proses pendaftaran. Ia pun mengurungkan uluran tangannya. Ketika ia hendak mengambil kembali nomer urut antrian, ternyata tumpukan nomer itu sudah cepat-cepat diambil oleh petugas pendaftar. Dan petugas itu pun meletakkan tulisan TUTUP di loketnya.
Padahal, saat itu jam masih menunjukkan pukul 10.20. Masih ada sisa waktu 10 menit sebelum jam pendaftaran Puskesmas tutup. Sang ibu pun menanyakan apakah tidak bisa daftar satu lagi saja.
Petugas perempuan yang berkacamata dan berambut pendek ala lelaki itu bertanya, "Mau periksa apa?"
"Periksa umum," jawab ibu tersebut.
"Yang ngantri (mau periksa) sudah banyak," sahut petugas puskesmas, terkesan acuh.
Ibu muda itu menghela nafas. Seorang ibu lain yang memegang nomer antrian 126, berdiri di dekatnya, berkata kepadanya, "Tadi nggak langsung diambil aja nomernya."
Ia menjawab, "Tadi sudah mau saya ambil, tapi diambil sama mbaknya (petugas)."
Ia pun melangkah gontai meninggalkan ruang. Pupus harapannya untuk bisa memeriksakan kondisi tubuhnya yang terasa sakit sejak hari kemarin.
Secuil rasa sakit yang lain mungkin terselip. Bukan sakit secara fisik. Melainkan rasa sakit yang menusuk batinnya.
Dimanakah hati petugas Puskesmas itu, hingga bersikap demikian?
Dimanakah hatinya, hingga ia tak berempati terhadap orang sakit yang ingin periksa?
Dimanakah hatinya?
*Sebuah kejadian nyata yang terekam saat ngantri di sebuah Puskesmas*
#ironi_layanan_publik
0 komentar:
Post a Comment